🦛 Mengapa Sistem Pertanian Dapat Mengancam Keanekaragaman Hayati
Keanekaragamanhayati pertanian dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama pada masa terjadinya perubahan iklim yang dapat memicu stres bagi kultivar yang banyak dipakai saat ini. Karena kekayaan genetika pertanian dapat menjadikan usaha pertanian lebih resilien terhadap perubahan. Daftar isi 1 Ruang lingkup
Mengapasistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati a. Pemupukan berlebihan mematikan hewan b. Penggunaan pestisida mematikan hewan c. Sawah biasanya bersifat monokultur d. Penggunaan pestisida mematikan tumbuhan Jawaban: c. Sawah biasanya bersifat monokultur 13. Tumbuhan yang bersifat efemera banyak ditemukan pada bioma. a.
1 Kesadaran, pemahaman dan kepedulian yang rendah.Sebagian lapisan masyarakat kurang memiliki kesadaran dan pemahaman tentang makna penting keanekaragaman hayati bagi kehidupan sehari-hari maupun sebagai asset pembangunan. Ketidaktahuan ini menimbulkan sikap tidak peduli yang mengarah pada perusakan keanekaragaman hayati.
Selainitu, jawaban atas pertanyaan Mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati? sebelum dipublikasikan dilakukan verifikasi oleh para tim editor. Verifikasi jawaban pada pertanyaan Mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati? melalui sumber buku, artikel, jurnal, dan blog yang ada di internet.
1 Perubahan Habitat Perubahan dan hilangnya habitat merupakan transformasi ekosistem alam yang menentukan, tidak hanya hilangnya spesies tumbuhan tetapi juga dapat menyebabkan penurunan spesies binatang. Di Indonesia, dari tahun 2000 hingga 2009 terjadi penurunan luas hutan lahan kering primer sebanyak 10 juta ha.
. Jakarta - Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya. Keanekaragaman hayati mempunyai peranan penting bagi stabilitas ekosistem. Lingkungan atau ekosistem yang terjaga dengan baik dapat memberikan tempat tinggal yang layak dan nyaman bagi manusia dan seluruh spesies serta makhluk hidup lain yang ada di bumi. Lirik Lagu Part Of Your World - Halle Lirik Lagu Mimpi - Putri Ariani 40 Kata-Kata Sadar Diri Aku Tak Pantas Untukmu Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya hayati harus dilakukan secara bijaksana. Makin tinggi tingkat keanekaragaman hayati, akan makin baik dan stabil suatu ekosistem. Itulah mengapa, penting untuk selalu menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati yang ada di bumi dengan baik. Untuk mendalami materi keanekaragaman hayati, bisa mencoba mempelajari soal-soalnya. Ada banyak soal biologi materi keanekaragaman hayati yang bisa dipahami. Berikut ini kumpulan contoh soal biologi materi tentang keanekaragaman hayati lengkap dengan kunci jawabannya, seperti dilansir dari Rabu 18/5/2022.Berita video merchandise non-ofisial yang dijual di venue SEA Games 2021 dijual dengan harga yang terjangkau, termasuk yang bernuansa Adanya ciri-ciri khusus pada setiap individu mengakibatkan... a. Jumlah makhluk hidup bertambah banyak. b. Jumlah makhluk hidup di dunia tetap. c. Adanya keanekaragaman individu makhluk hidup. d. Jumlah makhluk hidup di dunia berkurang. e. Terjadinya keseragaman individu. 2. Perubahan ukuran dan bentuk makhluk hidup terjadi karena faktor lingkungan, tetapi tidak diturunkan pada generasi berikutnya sering dikenal sebagai... a. Mutasi b. Variasi c. Metamorfosa d. Domestikasi e. Modifikasi 3. Untuk melestarikan SDA hayati ekosistem dilakukan dengan cara... a. Penebangan dilakukan jika dibutuhkan mendirikan perumahan. b. Penebangan hanya boleh dilakukan pohon-pohon besar dan rindang. c. Penebangan hanya pada tanaman yang dapat berkembang biak dengan cepat. d. Penebangan hutan dilakukan tidak musim penyerbukan. e. Penerapkan sistem TPTI. 4. Faktor-faktor berikut ini dapat meningkatkan keanekaragaman hayati, kecuali... a. Klasifikasi b. Perkawinan antarspesies c. Adaptasi d. Interaksi gen dengan lingkungan e. Domestikasi 5. Keuntungan yang diperoleh pada perakitan jenis padi bibit unggul yang diharapkan adalah sebagai berikut, kecuali... a. Bulirnya lebat. b. Rasanya enak. c. Rumpunnya banyak. d. Berumur panjang. e. Tahan terhadap Soal Biologi tentang Keanekaragaman Hayati6. Faktor yang mendasari adanya keanekaragaman gen adalah... a. Kesamaan perangkat atau kerangka dasar penyusunan gen setiap individu. b. Perbedaan susunan perangkat dasar gen tiap-tiap individu. c. Interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. d. Variasi antarindividu yang berbeda spesies. e. Jenis dan jumlah gen yang dimiliki setiap individu makhluk hidup. 7. Tindakan berikut ini yang tidak termasuk domestikasi yaitu... a. Berburu hewan liar di hutan. b. Melakukan persilangan ayam kampung dengan ayam hutan. c. Mengoleksi binatang langka. d. Memelihara ayam pedaging dengan kandang rendah. e. Menambah koleksi satwa di kebun binatang. 8. Manfaat keanekaragaman hayati bagi manusia adalah sebagai berikut, kecuali... a. Sumber hasil pertanian. b. Sumber plasma nutfah. c. Sumber penghasil energi. d. Sumber perikanan. e. Sumber pengairan. 9. Punahnya spesies dan rusaknya habitat adalah ancaman bagi hilangnya sifat-sifat keanekaragaman makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Untuk mengembalikan kelestarian tersebut maka perlu dikembangkan... a. Hutan lindung b. Reboisasi ekosistem c. Observasi ekosistem d. Konservasi ekosistem e. Suaka margasatwa 10. Keanekaragaman hayati akan menurun secara cepat dan langsung jika terjadi... a. Bibit unggul yang ditanam secara monokultur. b. Invansi oleh spesies eksotik. c. Hilang dan terpecahnya habitat. d. Perubahan iklim secara global. e. Pertanian dan perhutanan berwawasan Soal Biologi tentang Keanekaragaman Hayati11. Faktor-faktor di bawah ini yang tidak memengaruhi variasi individu makhluk hidup yaitu... a. Faktor fenotip b. Faktor makanan c. Faktor genotip d. Faktor adaptasi e. Faktor lingkungan 12. Penurunan keanekaragaman hayati karena terjadinya eksploitasi SDA secara besar besaran menggunakan peralatan canggih pada prinsipnya disebabkan oleh... a. Faktor buatan. b. Faktor aktivitas manusia. c. Penyebab tidak langsung. d. Penyebab secara langsung. e. Faktor alami. 13. Keanekaragaman cenderung tinggi di dalam... a. Hutan hujan tropis b. Tundra c. Hutan homogen d. Taiga e. Savana 14. Garis Weber dan Garis Wallace membagi Indonesia menjadi tiga wilayah antara lain... a. Peralihan, Australian, neotropis. b. Indonesia bagian timur, tengah, dan barat. c. Peralihan, neotropis, dan oriental. d. Australian, peralihan dan oriental. e. Peralihan, tropis, dan subtropics. 15. Interaksi antara suhu, kelembaban, angin altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas dinamakan... a. Biosfer b. Bioma c. Ekosistem d. Vegetasi e. EkologiContoh Soal Biologi tentang Keanekaragaman Hayati16. Fauna yang terdapat di Pulau Sulawesi merupakan fauna peralihan antara fauna oriental dan Australia. Hal tersebut merupakan pendapat... a. Charles Darwin b. Weber c. Carolus Linnaeus d. Ronald D Good e. Alfred Rossel Wallace 17. Berdasarkan energitika dan produktivitas yang paling tepat menduduki taraf trofik terbanyak adalah... a. Konsumen tingkat I b. Produsen c. Konsumen tingkat II d. Dekomponser e. Konsumen tingkat III 18. Mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati... a. Pemupukan berlebihan mematikan hewan. b. Penggunaan pestisida mematikan hewan. c. Sawah biasanya bersifat monokultur. d. Penggunaan pestisida mematikan tumbuhan. e. Pemupukan berlebihan mematikan tumbuhan. 19. Punahnya spesies dan rusaknya habitat adalah ancaman bagi hilangnya sifat-sifat keanekaragaman makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Untuk mengembalikan kelestarian tersebut maka perlu dikembangkan... a. Hutan lindung b. Reboisasi ekosistem c. Observasi ekosistem d. Konservasi ekosistem e. Suaka margasatwa 20. Keanekaragaman hayati yang menyusun suatu ekosistem, menimbulkan interaksi antarkomponennya yang dapat ditunjukkan berupa hubungan dalam, kecuali... a. Jaringan kehidupan b. Rantai makanan c. Makan-dimakan d. Daur materi e. Pengambilan energi Uraian B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas! 1. Sebutkan macam-macam keanekaragaman hayati beserta contohnya! 2. Jelaskan faktor yang menyebabkan terkadinya keanekaragaman hayati! 3. Sebutkan contoh keanekaragaman hayati tingkat jenis! 4. Jelaskan kelebihan keanekragaman hayati di Indonesia dengan negara lain di dunia! 5. Sebutkan contoh kegiatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati!Kunci JawabanPilihan Ganda 1. C 2. E 3. E 4. A 5. D 6. B 7. A 8. E 9. D 10. A 11. B 12. B 13. A 14. D 15. B 16. B 17. B 18. C 19. D 20. E Uraian 1. Keanekaragaman hayati dibagi menjadi tiga yaitu Keanekaragaman hayati tingkat gen dalam spesies yang sama dengan contoh macam mangga dan padi. Keanekaragaman hayati tingkat jenis dalam familia/kelas/ordo yang sama dengan contoh kelapa dan aren. Keanekaragaman Hayati tingkat ekosistem dalam ekosistem/daerah/habitat yang sama dengan contoh sawah dan kebun. 2. Faktor yang menyebabkan terjadinya kenanekaragaman hayati ialah faktor genetik dan lingkungan. Dari interaksi kedua faktor inilah yang menjadikan tidak ada makhluk yang sama di bumi ini. 3. Contoh keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah harimau, singa, kucing, dan chitah yang berada dalam kelompok karnivora. Juga kacang hijau, polong, tanah dan lamtoro yang berada dalam kelompok polong-polongan. 4. Kelebihan keanekaragaman hayati di Indonesia adalah jenis tumbuhan berbunga 10 persen, 12 persen mamalia, 600 reptilia, dan 270 amphibia. Kemudian beberapa hewan dan tumbuhan endemi hanya dapat ditemukan di Indonesia. 5. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati adalah pembakaran hutan, pembukaan hutan, pencemaran lingkungan, dan budidaya monokultur. Sumber Kemdikbud Dapatkan artikel contoh soal dari berbagai materi lainnya dengan mengeklik tautan ini.
mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati – Mengapa Sistem Pertanian Dapat Mengancam Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati adalah salah satu aset yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia. Ini adalah ikhtiar terbesar yang bisa kita gunakan untuk memastikan kelangsungan hidup kita di masa depan. Namun, sayangnya, sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati. Sistem pertanian adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dan serat manusia. Teknologi yang digunakan dalam sistem pertanian modern, seperti pengendalian hama, pupuk, dan pestisida, telah memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan produktif. Namun, meskipun teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman, mereka juga dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Pertama, teknologi ini dapat mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Pupuk kimia dan pestisida, misalnya, dapat menghilangkan spesies tanaman dan hewan yang beragam. Selain itu, sistem pertanian dapat mengurangi habitat yang beragam dan mengubah struktur ekosistem dengan cara yang merugikan. Kedua, sistem pertanian dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. Penyakit yang dipersulit oleh teknologi seperti pestisida dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan kerusakan besar pada spesies yang rentan. Ini dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di lokasi tersebut. Ketiga, sistem pertanian dapat meningkatkan pertukaran genetik antara spesies yang berbeda. Ini dapat membahayakan keanekaragaman hayati karena menghasilkan organisme hibrida yang tidak terkontrol. Genetika hibrida ini dapat menyebar dan mengganggu ekosistem di mana mereka tumbuh, menghilangkan spesies yang beragam. Keempat, sistem pertanian dapat meningkatkan polusi, seperti limbah pestisida. Limbah ini dapat mengandung bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menghilangkan spesies yang beragam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan. Teknologi seperti penggunaan pupuk organik, pengendalian hama mekanis, dan teknik penggembalaan yang lebih berkelanjutan dapat membantu mempertahankan keanekaragaman hayati. Ini akan memastikan bahwa keanekaragaman hayati yang berharga ini tetap utuh sekarang dan di masa depan. Rangkuman 1Penjelasan Lengkap mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati1. Keanekaragaman hayati adalah salah satu aset yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia. 2. Sistem pertanian adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dan serat manusia. 3. Teknologi yang digunakan dalam sistem pertanian modern, seperti pengendalian hama, pupuk, dan pestisida, telah memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan produktif tetapi dapat mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. 4. Sistem pertanian dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. 5. Sistem pertanian dapat meningkatkan pertukaran genetik antara spesies yang berbeda yang dapat membahayakan keanekaragaman hayati. 6. Sistem pertanian dapat meningkatkan polusi, seperti limbah pestisida, yang dapat mengandung bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menghilangkan spesies yang beragam. 7. Penting bagi kita untuk menggunakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang berharga. 1. Keanekaragaman hayati adalah salah satu aset yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia. Keanekaragaman hayati adalah salah satu aset yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia. Ini adalah sumber daya yang tidak habis dan memberikan manfaat yang tidak ternilai bagi manusia di seluruh dunia. Kebanyakan produk dan bahan makanan yang kita konsumsi hari ini berasal dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan, dan keanekaragaman hayati memungkinkan untuk produksi yang berkelanjutan dan beragam. Namun, sistem pertanian modern dapat mengancam keanekaragaman hayati dalam beberapa cara. Pertama, monokultur merupakan model pertanian yang menggunakan satu jenis tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk. Ini bisa mengakibatkan kehilangan keanekaragaman hayati karena tanaman dan hewan yang berbeda tidak lagi tumbuh di lahan. Monokultur juga menyebabkan peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Kedua, deforestasi juga mengancam keanekaragaman hayati. Saat ini, sebagian besar lahan di wilayah tropis di seluruh dunia sedang digunakan untuk pertanian. Untuk membuat lahan ini siap untuk digunakan, sebagian besar hutan yang ada kemudian ditebang untuk menciptakan lahan pertanian. Ini menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, yang dapat mengakibatkan kepunahan beberapa jenis dan mengancam keanekaragaman hayati. Ketiga, teknologi pertanian juga dapat mengancam keanekaragaman hayati. Hal ini terutama berlaku untuk teknologi yang digunakan untuk mengubah genetika tanaman. Teknologi ini memungkinkan untuk mengubah gen tanaman untuk meningkatkan produksi, namun juga dapat mengancam keanekaragaman hayati karena dapat menghalangi proses alam untuk mengatur jenis-jenis baru. Teknologi pertanian juga menyebabkan penggunaan pupuk dan pestisida berlebih, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dalam kesimpulannya, sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati dengan cara-cara seperti monokultur, deforestasi, dan penggunaan teknologi pertanian. Ini menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, sehingga mengancam keanekaragaman hayati. Para petani dapat meminimalkan dampak ini dengan mengurangi penggunaan pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian, dan dengan meningkatkan diversifikasi tanaman dan hewan di lahan. Dengan cara ini, kita dapat melindungi keanekaragaman hayati yang sangat berharga ini. 2. Sistem pertanian adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dan serat manusia. Sistem pertanian adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dan serat manusia. Sektor pertanian sangat penting bagi keberlanjutan masyarakat dan ekonomi. Namun, sistem pertanian modern juga dapat mengancam keanekaragaman hayati, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies dan kerusakan ekosistem. Pertama, sistem pertanian modern cenderung menggunakan teknik monokultur. Ini berarti bahwa satu jenis tanaman ditanam dalam jumlah besar tanpa menggunakan teknik lain seperti penggaraman atau penggunaan pupuk. Hal ini mengurangi keanekaragaman spesies tanaman yang ditanam. Spesies yang tidak ditanam dalam sistem pertanian modern akan terancam punah karena mereka tidak memiliki tempat yang aman untuk berkembang biak. Kedua, sistem pertanian modern cenderung menggunakan banyak pestisida dan herbisida untuk mengendalikan hama. Meskipun pestisida dan herbisida dapat membantu mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh hama, mereka juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pestisida dan herbisida dapat menyebabkan kematian burung, tikus, dan binatang lain yang terkena akibat racun. Pestisida dan herbisida juga dapat mengubah habitat alami, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies yang tergantung pada habitat tertentu. Ketiga, sistem pertanian modern cenderung menanam tanaman yang dibudidayakan secara genetik. Genetika diprogram untuk menghasilkan tanaman yang mampu bertahan terhadap pestisida dan herbisida, sehingga memungkinkan petani menggunakan banyak pestisida dan herbisida dalam sistem pertanian mereka. Namun, tanaman genetik juga dapat menghilangkan keanekaragaman biogenetik dengan menghilangkan jenis tanaman lokal. Tanaman lokal dapat menghilangkan karena petani tidak lagi menggunakannya, dan tanaman genetik dapat melawan tanaman lokal dan menggantikannya. Keempat, sistem pertanian modern cenderung menggunakan lahan yang luas untuk menanam banyak tanaman. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya habitat alami dan kepunahan spesies yang bergantung pada habitat tertentu. Sistem pertanian juga dapat menyebabkan erosi tanah yang dapat menyebabkan tidak stabilnya bumi, yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang tergantung pada habitat tersebut. Kesimpulan, sistem pertanian modern dapat mengancam keanekaragaman hayati melalui berbagai cara, termasuk monokultur, penggunaan pestisida dan herbisida, budidaya tanaman genetik, dan penggunaan lahan yang luas. Para petani harus mengambil tindakan untuk mengurangi dampak negatif sistem pertanian modern pada keanekaragaman hayati dengan menggunakan teknik pertanian yang lebih ramah lingkungan seperti tanam pohon dan penggaraman. 3. Teknologi yang digunakan dalam sistem pertanian modern, seperti pengendalian hama, pupuk, dan pestisida, telah memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan produktif tetapi dapat mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Teknologi yang digunakan dalam sistem pertanian modern, seperti pengendalian hama, pupuk, dan pestisida, telah memberikan pertanian yang lebih efisien dan produktif. Ini memungkinkan hasil panen yang lebih tinggi per satuan luas, yang memberi makan jutaan orang di seluruh dunia. Namun, teknologi ini juga dapat menyebabkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Pertama, penggunaan pestisida dalam sistem pertanian modern dapat menyebabkan kerusakan di ekosistem pertanian. Penggunaan pestisida dapat membunuh organisme yang diinginkan, seperti hama, tetapi juga organisme yang tidak diinginkan, seperti organisme yang bermanfaat untuk ekosistem seperti predator hama, parasitoid, dan mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem, yang dapat mengurangi keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Kedua, penggunaan pupuk dalam sistem pertanian modern dapat menyebabkan kelebihan nutrisi di ekosistem. Meskipun pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi, pupuk dapat menyebabkan kelebihan nutrisi di ekosistem. Kelebihan nutrisi dapat mengubah struktur ekosistem, yang dapat mengurangi keanekaragaman hayati. Ketiga, sistem pertanian modern dapat mengurangi habitat yang tersedia untuk organisme hayati. Tanah yang digunakan untuk pertanian dapat mengurangi area yang tersedia untuk habitat yang diperlukan oleh organisme hayati. Ini juga dapat mengurangi keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Secara keseluruhan, teknologi yang digunakan dalam sistem pertanian modern, seperti pengendalian hama, pupuk, dan pestisida, telah memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan produktif tetapi juga dapat menyebabkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. Penggunaan pestisida dapat membunuh organisme yang bermanfaat, penggunaan pupuk dapat menyebabkan kelebihan nutrisi, dan penggunaan tanah untuk pertanian dapat mengurangi habitat yang tersedia untuk organisme hayati. Dengan demikian, sistem pertanian modern dapat mengancam keanekaragaman hayati di lokasi pertanian. 4. Sistem pertanian dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. Kebanyakan orang menganggap bahwa sistem pertanian adalah cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan makanan. Namun, ada banyak masalah yang terkait dengan sistem pertanian yang dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah bahwa sistem pertanian dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. Salah satu cara sistem pertanian dapat membahayakan keanekaragaman hayati adalah dengan meningkatkan penyebaran penyakit dan hama. Dengan mengandalkan sistem monokultur, seperti tanaman yang ditanam secara bersamaan, sistem pertanian menyebabkan tanaman yang sama menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan hama. Karena tanaman memiliki kerentanan yang sama, penyakit dapat dengan mudah menyebar di seluruh areal tanam dan menyebabkan kerusakan yang besar pada keanekaragaman hayati. Sistem monokultur juga dapat meningkatkan penyebaran hama. Karena tanaman yang sama ditanam secara bersamaan, hama dapat dengan mudah menemukan habitat yang sesuai untuk berkembang biak. Ini berarti bahwa hama dapat dengan cepat menyebar di seluruh areal tanam dan menyebabkan kerusakan yang besar pada keanekaragaman hayati. Selain itu, sistem pertanian juga dapat menyebabkan kerusakan yang besar pada keanekaragaman hayati melalui penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida. Penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar, termasuk menyebabkan kerusakan pada habitat dan populasi hewan. Ini berarti bahwa penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. Sistem pertanian juga dapat membuat tanah menjadi lebih rentan terhadap erosi. Erosi tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar, termasuk kerusakan habitat dan populasi hewan. Ini berarti bahwa erosi tanah dapat menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati. Kesimpulannya, sistem pertanian dapat membahayakan keanekaragaman hayati dengan meningkatkan penyebaran penyakit dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan yang besar. Sistem pertanian juga dapat menyebabkan kerusakan yang besar melalui penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida, serta erosi tanah. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa sistem pertanian yang digunakan tidak menyebabkan kerusakan yang besar pada keanekaragaman hayati. 5. Sistem pertanian dapat meningkatkan pertukaran genetik antara spesies yang berbeda yang dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan suatu hal yang sangat penting untuk ekosistem yang sehat dan produktif. Hal ini berarti bahwa kesehatan dan kesejahteraan kehidupan di bumi sangat tergantung pada keanekaragaman hayati yang ada di alam. Namun, sistem pertanian yang telah berkembang secara global telah memberikan ancaman bagi keanekaragaman hayati. Salah satu ancaman utama yang ditimbulkan oleh sistem pertanian adalah meningkatnya pertukaran genetik antara spesies yang berbeda. Pertukaran genetik adalah proses di mana organisme berbagi materi genetik dengan organisme lain. Proses ini dapat terjadi secara alami di alam liar, tetapi juga dapat dipicu oleh aktivitas manusia. Sistem pertanian meningkatkan pertukaran genetik dengan menggunakan teknik seperti budidaya tanaman dan kebun klonal, teknik kawin silang, dan penggunaan pestisida dan pupuk. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa organisme yang berbeda akan berkontribusi satu sama lain dalam cara yang tidak alami. Hal ini menciptakan berbagai masalah bagi keanekaragaman hayati. Pertama, bila terjadi pertukaran genetik antar spesies yang berbeda, maka itu dapat mengurangi keanekaragaman genetik yang ada di antara spesies. Hal ini dapat menyebabkan spesies yang berbeda menjadi lebih mirip satu sama lain dan mengurangi keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Kedua, pertukaran genetik dapat menyebabkan penyebaran patogen dan penyakit yang dapat mengancam populasi spesies. Ketiga, hal ini juga dapat menyebabkan adanya organisme baru yang dapat berinteraksi secara negatif dengan organisme lain di alam liar. Keempat, pertukaran genetik juga dapat mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Karena organisme yang berbeda berkontribusi satu sama lain, maka ekosistem dapat berubah dengan sangat cepat. Hal ini dapat menyebabkan kehancuran ekosistem yang mendasari keanekaragaman hayati. Dan yang terakhir, pertukaran genetik dapat menghilangkan spesies yang sudah ada dan menggantikannya dengan spesies baru yang tidak alami. Hal ini dapat meningkatkan risiko kepunahan bagi spesies yang sudah ada. Kesimpulannya, sistem pertanian dapat meningkatkan pertukaran genetik antara spesies yang berbeda yang dapat membahayakan keanekaragaman hayati. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan keanekaragaman genetik, penyebaran penyakit dan patogen, interaksi yang tidak alami dengan organisme lain, perubahan ekosistem yang dapat membahayakan keanekaragaman hayati, dan risiko kepunahan spesies yang sudah ada. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengendalikan sistem pertanian dan teknik yang digunakan agar ekosistem dapat terjaga. 6. Sistem pertanian dapat meningkatkan polusi, seperti limbah pestisida, yang dapat mengandung bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menghilangkan spesies yang beragam. Kebanyakan orang yang tidak familiar dengan pertanian tidak menyadari bahwa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati. Pertanian adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan populasi spesies dan kerusakan lingkungan. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan pestisida, penggunaan lahan, dan deforestasi. Pertama, penggunaan pestisida telah diketahui menyebabkan kerusakan ekosistem dan menghilangkan spesies yang beragam. Pestisida mengandung bahan kimia yang beracun yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanah dan air, menghilangkan organisme yang menyediakan makanan bagi bagian lain dari ekosistem, dan menurunkan populasi spesies yang beragam. Pestisida juga dapat menyebabkan penyakit yang berpotensi mematikan pada manusia dan hewan, dan mengurangi kualitas air dan tanah. Kedua, penggunaan lahan merupakan faktor utama yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Ketika lahan pertanian dibuka, hutan yang menyediakan habitat bagi berbagai macam binatang dan tumbuhan akan terpotong. Hal ini berakibat pada hilangnya habitat, yang menyebabkan banyak spesies mengalami penurunan populasi. Selain itu, jika lahan yang telah terdegradasi digunakan untuk pertanian, hal ini akan mengurangi fungsi lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan, seperti mengurangi kelimpahan air dan mengurangi kualitas air. Ketiga, deforestasi juga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Deforestasi adalah proses penebangan hutan secara massal dengan tujuan untuk meningkatkan lahan pertanian. Ketika hutan ditebang, habitat yang beragam hilang. Hal ini berakibat pada penurunan populasi banyak spesies, dan juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Deforestasi juga dapat menyebabkan kenaikan gas rumah kaca di atmosfer, yang akan meningkatkan efek rumah kaca. Keempat, sistem pertanian juga menyebabkan polusi. Pertanian menghasilkan limbah yang dapat mengandung pestisida yang beracun dan zat berbahaya lainnya. Limbah ini dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem, yang akan menghilangkan berbagai spesies yang beragam. Selain itu, limbah ini dapat menyebabkan kontaminasi air, yang dapat mengganggu kualitas air dan meningkatkan risiko penyakit. Kelima, sistem pertanian juga menyebabkan perubahan iklim. Pertanian menghasilkan banyak gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrous oxide, yang dapat meningkatkan efek rumah kaca. Perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan, peningkatan suhu, dan perubahan curah hujan. Hal ini dapat berdampak pada hilangnya habitat, penurunan populasi spesies, dan kerusakan ekosistem yang lebih luas. Keenam, sistem pertanian juga dapat menyebabkan erosi tanah. Erosi tanah dapat menyebabkan hilangnya tanah, yang dapat mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi ketersediaan makanan bagi spesies yang beragam. Erosi juga dapat menyebabkan pengendapan sediment di sungai, dan meningkatkan suhu air dan kontaminasi air. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya populasi spesies yang beragam. Dalam kesimpulan, sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati. Penggunaan pestisida, penggunaan lahan, deforestasi, polusi, perubahan iklim, dan erosi tanah semuanya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menghilangkan spesies yang beragam. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sistem pertanian. 7. Penting bagi kita untuk menggunakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang berharga. Kebanyakan orang hanya menganggap pertanian sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Namun, sistem pertanian juga dapat berkontribusi pada pengurangan keanekaragaman hayati. Sistem pertanian menyebabkan pengurangan keanekaragaman hayati melalui berbagai cara. Pertama, sistem pertanian menghilangkan banyak habitat alami yang penting untuk keanekaragaman hayati. Saat lahan diolah untuk pertanian, pohon, perkebunan, dan lahan hutan yang dulunya menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan dihilangkan. Karena itu, jenis hewan dan tumbuhan yang telah hidup di habitat alami sebelumnya menjadi terancam punah. Kedua, sistem pertanian menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara. Pertanian menggunakan banyak pestisida dan pupuk yang bisa masuk ke saluran air dan menyebabkan polusi. Selain itu, limbah pertanian juga menyebabkan polusi udara. Polusi ini menyebabkan banyak jenis organisme yang menghirup udara atau mengonsumsi air yang tercemar mengalami kerusakan. Ketiga, sistem pertanian memungkinkan pembenihan tanaman yang tidak terkendali. Beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pertanian dapat menyebar ke habitat alami lainnya, sehingga menyebabkan gangguan ekosistem. Hal ini dapat menyebabkan kepunahan spesies hewan dan tumbuhan yang tidak dapat bertahan hidup di lingkungan baru. Keempat, sistem pertanian meningkatkan penggunaan wadah terbuka yang dapat menyebabkan penyakit menular hewan. Ketika hewan ditampung dalam kandang yang sama, penyakit menular yang mungkin terjadi dapat menyebar dengan cepat ke spesies lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kepunahan jenis hewan dan tumbuhan yang ditampung di dalam kandang tersebut. Kelima, sistem pertanian dapat menyebabkan perburuan liar yang tidak terkontrol. Saat menjalankan bisnis pertanian, petani seringkali mengandalkan populasi hewan yang banyak dan beragam untuk meningkatkan hasil panen mereka. Hal ini dapat mengakibatkan overhunting dan kepunahan jenis hewan yang diburu. Keenam, sistem pertanian dapat menyebabkan pengurangan populasi spesies yang rentan. Spesies yang rentan mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan yang disebabkan oleh sistem pertanian. Hal ini dapat menyebabkan kepunahan jenis hewan dan tumbuhan yang rentan terhadap perubahan lingkungan. Ketujuh, penting bagi kita untuk menggunakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang berharga. Dengan menggunakan metode pertanian ramah lingkungan, kita dapat meminimalkan dampak buruk sistem pertanian terhadap keanekaragaman hayati. Metode ini termasuk penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan, pengelolaan lahan yang lebih baik, dan penggunaan pupuk dan bahan kimia yang lebih sedikit.
Paris, 6 Mei 2019. Laporan PBB tentang keanekaragaman hayati memperingatkan hilangnya spesies secara besar-besaran, akibat ulah manusia, mengharuskan untuk mulai mengambil tindakan segera demi melindungi hutan dan lautan di seluruh dunia, serta melakukan perubahan besar-besaran dalam sektor pertanian, produksi pangan dan konsumsi pangan. Sebuah laporan penilaian global tentang keanekaragaman hayati dan ekosistem dari Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services IPBES memperingatkan bahwa 1 juta spesies dalam resiko kepunahan, yang bisa terjadi kapan pun dalam sejarah manusia. Laporan tersebut memaparkan bahwa sebagian besar target global 2020 untuk perlindungan alam yang diuraikan dalam Rencana Strategis untuk Keanekaragaman Hayati target keanekaragaman hayati Aichi tidak akan terpenuhi, mengabaikan setengah dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan SDGs PBB. Jurukampanye hutan dan iklim Greenpeace Jerman, Dr Christoph Thies mengatakan “Ini adalah realitas sebuah kehancuran. Pemerintah harus mulai menempatkan manusia dan planet di atas kepentingan perusahaan dan keserakahan serta bertindak sesuai dengan urgensi tuntutan dalam laporan ini. Para pemimpin harus mengadopsi target dan rencana implementasi yang kuat untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan partisipasi dan persetujuan Masyarakat Adat dan komunitas lokal pada KTT COP15 tahun depan yang akan digelar di Tiongkok. Mengambil keuntungan yang menjerumuskan alam ke jurang, menempatkan kelangsungan hidup kita sendiri dalam bahaya karena eksploitasi alam berlebihan serta semakin memburuknya perubahan iklim. “Laporan ini bukan sembarang seruan untuk bertindak. Ini adalah teguran terbaru dari sekian banyak peringatan dan jika kita tidak berhati-hati, maka hilangnya keanekaragaman hayati tidak dapat diubah. Konservasi dan restorasi keanekaragaman hayati dapat memainkan peran besar sebagai solusi iklim alami dan sudah saatnya kita memerangi perubahan iklim dengan melindungi alam yang menopang kita.” “Hutan, lahan gambut dan ekosistem laut pesisir harus dilindungi atau dipulihkan. Menggabungkan konservasi keanekaragaman hayati dengan pengurangan emisi CO2 drastis dan peningkatan penyimpanan karbon di alam dapat berkontribusi secara signifikan untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5C. Ini adalah tindakan penting dan segera yang dapat membantu kita kembali keluar jurang. ” Laporan IPBES menemukan bahwa 66% lautan banyak mengalami gangguan dari manusia, dan biota laut terkena dampak yang parah. Laporan ini memperingatkan bahwa kekayaan kehidupan di laut sedang mengalami penurunan, membatasi kemampuan laut dalam memberikan keamanan pangan serta perlindungan terhadap perubahan iklim. Louisa Casson Jurukampanye Perlindungan Laut Greenpeace mengatakan “Lautan kita menopang semua kehidupan di Bumi. Namun sebagian besar kolaborasi internasional belum berfokus pada cara-cara untuk mengeksploitasi kehidupan laut dan lingkungan bersama yang berharga ini. Alih-alih menjarah laut untuk keuntungan jangka pendek, pemerintah harus menempatkan kesetaraan dan keberlanjutan sebagai inti dari pendekatan mereka terhadap lautan. “Laporan itu menegaskan bahwa mekanisme yang ada untuk melindungi lautan kita tidak berfungsi. Saat ini, hanya 1 persen dari laut global yang dilindungi dan tidak ada instrumen hukum yang memungkinkan penciptaan tempat perlindungan di perairan internasional. “Kita membutuhkan Perjanjian Global tentang Laut untuk melindungi setidaknya 30 persen dari lautan global kita pada tahun 2030. Ini adalah kesempatan unik bagi pemerintah untuk bekerja sama untuk melindungi kehidupan, untuk memastikan keamanan pangan bagi jutaan orang dan untuk menciptakan lautan sehat yang menjadi milik kita. sekutu terbaik melawan perubahan iklim. “ Laporan IPBES telah memperingatkan bahwa pendorong utama perubahan alam, seperti perubahan penggunaan lahan, eksploitasi organisme, perubahan iklim, dan tingkat konsumsi telah meningkat ke tingkat tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Eric Darier, Jurukampanye Pertanian dan Pangan Internasional Greenpeace mengatakan “Kami menyambut seruan untuk mengambil tindakan segera pada perubahan pola makan, bergeser lebih banyak mengkonsumsi makanan berbahan nabati, demi mengurangi konsumsi daging dan susu yang telah berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan kesehatan manusia. “Setiap peningkatan ruang/lahan pertanian yang diperlukan pakan ternak untuk industri peternakan adalah pendorong utama alih fungsi lahan, seperti melalui deforestasi dan perusakan habitat. Mengatur konsumsi daging dan susu harus menjadi prioritas bagi pembuat kebijakan sehingga konsumsi dan produksi daging berkurang 50% secara global pada tahun 2050. “ *** Kontak Greenpeace International Press Desk [email protected], +31 0 20 718 2470 available 24 hours Berdonasi Kamu dapat membela lingkungan sepanjang hidupmu. Atau bahkan lebih lama dari itu. Berdonasilah hari ini. Ikut Beraksi
mengapa sistem pertanian dapat mengancam keanekaragaman hayati